All Articles

Bagaimana cara membuat Startup sambil kantoran, tanpa uang, dan tanpa waktu luang.

Terinspirasi dari artikel How to start a company with no free time dan juga karena saking eneknya mendengar alasan dan keluhan ketidakpuasan kalian terhadap hidup dan mau bikin ini-itu tapi ga mulai-mulai, maka sebulan kemarin saya menantang diri sendiri untuk membuat sebuah startup baru dengan semua keterbatasan yang selalu dijadikan alasan.

Berikut adalah keterbatasan tersebut

  • Saya ngantor, ok checked. Sampai sekarang masih ngantor full time di Tees.co.id
  • Saya tidak punya waktu, checked juga. Karena ya tau lah Startup seperti apa sibuknya, plus anak saya 2 dan masih sering keliling juga ngamen di #1000startup dan acara lainnya. Termasuk Kumpul Kreavi nanti tanggal 3 Desember 2016.
  • Saya tidak mengerti dunianya, ok bisa dicoba dengan mengeksplor satu bidang yang saya tidak mengerti sama sekali dengan model bisnis yang sangat baru. Saya putuskan untuk mengambil tema travel dengan model bisnis affiliate. Sesuatu yang sangat berbeda dengan Tees.co.id yang commerce/marketplace dan custom merchandising.
  • Saya tidak punya uang, ok proyek ini akan dibuat dengan biaya sangat sedikit, dibawah 100rb sebulan! Selain itu semua menggunakan fasilitas gratis semaksimal mungkin. Mungkin ini nanti akan jadi artikel yang terpisah bila banyak yang berminat.
  • Tentunya biar seru saya tambahkan beberapa ketentuan lagi.
  • Harus selesai dalam satu bulan.
  • Harus mengincar pasar global.
  • Hanya boleh mengambil maksimal 8 jam dalam seminggu waktu saya.
  • Harus minimal touch point, dalam arti tidak perlu diurus setiap hari atau harus door-to-door mendatangkan klien.
  • Harus fokus di mobile.
  • Harus pakai teknologi open source.

Ok, sudah cukup susah belum? Cukup? Ok. Seperti yang saya bilang sebelumnya, proyek ini dimulai sebulan yang lalu. Apakah sudah selesai? Sudah dong! Beberapa orang sudah tahu mengenai proyek ini. Tapi mari kita mulai dari awal.

Minggu Pertama: Masalah dan solusinya

Berawal dari percakapan 8 jam dengan sahabat lama di sebuah Mall di Jakarta Pusat, kami bicarakan segala macam topik dari kerjaan, politik, masa depan, film, agama, sampai ke mimpi dan visi ke depannya seperti apa. Setelah percakapan yang sepertinya tidak menuju ke mana-mana, malah berarah ke pembuatan proyek lucu dari masalah yang umum: Bingung mau ke mana kalo liburan! Tapi duit di rekening sendiri tahu dong?

Mungkin buat yang biasa liburan, kalian sudah tahu persis ingin ke mana dan akan habis berapa. Tapi saya selalu bingung. Kenapa si tidak ada aplikasi dimana saya tinggal masukin budget saja, lalu nanti diberitahukan saya bisa ke mana dan ngapain aja dengan budget segitu. Ternyata beneran tidak ada yang sesuai dengan yang kami inginkan. Kami temukan 2 yang mendekati konsep yang kami inginkan yaitu Luckytrips yang hanya jalan di UK dan Tripaya yang terlalu berat dan terlalu rumit penggunaannya. Kami inginkan solusi yang sederhana dan cepat. Dari situlah lahirlah TravelOnBudget.co.

Beberapa hari setelah itu kami langsung bertemu kembali, jam 10 malam di suatu tempat yang wifi-nya kencang. Kami rencanakan teknisnya seperti apa dan berharap bisa selesai dalam 8 jam. Akhirnya pada jam 3 pagi kami hanya menghasilkan 3 halaman tampilan dan keputusan untuk menggunakan API Skyscanner untuk afiliasi kami dan juga menggunakan beberapa API publik lainnya seperti Flickr dan Google Places. Ternyata memang tidak segampang itu ahaha.

Minggu Kedua: Validasi dan menelan ego

Karena masih terbakar api penasaran, minggu kedua kami lanjutkan untuk kembali menghabiskan 8 jam untuk berkumpul dan mengerjakan ini di hari minggu yang bebas. Walaupun badan saya sangat lelah karena baru pulang dari mengisi #1000startup di Jogja (apa Surabaya ya.. lupa) tapi ya dijalani dulu saja.

Kami sepakat untuk mulai dengan mengembangkan tampilan HTML saja yang bisa diklak-klik agar flow aplikasi bisa lebih jelas dan kami bisa minta feedback ke orang-orang. Sementara itu partner saya mengembangkan API-nya lebih lanjut. Setelah sekitar 6 jam, akhirnya kami punya API sederhana yang sudah bisa dipakai dan dummy aplikasi yang bisa ditunjukkan ke calon pengguna.

Kami berikan dummy tersebut ke sekitar 50+ teman kami yang awam (bukan orang teknologi dan/atau startup) via twitter DM dan media komunikasi lainnya dan mendapatkan masukan dan cacian. Ternyata dari itu kami tahu bahwa flow-nya masih jelek banget! Ya bagus lah, jadi banyak PRnya. Tapi dari situ pun 4/5 sangat tertarik untuk memakainya kalau sudah diperbaiki, karena satu alasan: menghemat waktu perencanaan liburan mereka.

Ok, so we got our punch line there!

Minggu ketiga: Saatnya Launch!

Minggu ketiga kami tidak bisa bertemu, jadi kami putuskan untuk meneruskan selama 1-2 jam per hari diwaktu malam untuk mengimplementasikan semua masukan yang menarik dan menghilangkan semua yang tidak penting. Setelah sekitar 7 jam kerja dalam kurun waktu seminggu, travelonbudget.co pun selesai.

Ok, selesai bukan kata yang benar. Lebih tepatnya kami putuskan bahwa versi ini adalah versi 1.0 dan siap untuk dilepaskan ke publik. Apakah sudah sempurna? Tentu tidak! Berikut adalah batasannya

  • Saat ini hanya mendukung pembelian tiket saja, hotel menyusul.
  • Hanya bisa mencari tiket termurah, pemilihan jam dan pesawat masih di Skyscanner.
  • Hanya mendukung Indonesia

Berikut adalah yang ingin dikembangkan dalam waktu dekat

  • Bisa mencari tiket termurah di bulan tersebut pada satu tujuan tertentu. Semisal, mencari tiket termurah ke Bali di bulan Januari 2017.
  • Memasukkan hotel ke dalam budget.
  • Informasi kegiatan di tujuan yang lebih mendalam dan juga mungkin promo dan kegiatan terkini yang bisa didatangi.

Pelajaran yang berharga

Selama kurang lebih 4 minggu ini, kami belajar banyak sekali. Menjalankan proyek di luar domain asal itu membukakan mata ke hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Selain itu, saya jadi tahu kalo ternyata ke Jepang itu bisa lho cuma 3 jutaan, bahwa perjalanan ke Bangkok dan Kamboja budget-nya mirip sama ke Atambua, ke Australia saya pikir akan sangat mahal tapi ternyata sama dengan ke Macau. Trus, Maldives ternyata ga jauh-jauh amat, ya ga sejauh Bora-Bora gitu lah.

Mungkin banyak dari kalian sudah tahu tentang semua hal itu, tapi saya tidak. Jadi ya setidaknya kalau nanti tidak ada yang pakai ya saya bisa pakai sendiri. Selain dari membuat pikiran saya jadi ingin liburan ke mana-mana terus, banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik dalam 3-4 minggu ini, seperti hal-hal dibawah ini

  • Batasan adalah inspirasi, bukan alasan. Dengan batasan justru kami jadi berpikir kreatif dan bisa menyelesaikan jauh lebih banyak hal dalam waktu yang sangat terbatas. Tidak ada itu yang namanya tidak ada waktu, adanya tidak mau menyediakan waktu. Susun prioritas dengan benar dan waktu akan terbuat dengan sendirinya.
  • Mulailah berdua, jangan sendiri. Ide ini sudah ada di kepala saya sejak 3 tahun yang lalu tapi tidak pernah ada motivasi untuk menjalankannya. Dengan berdua, jadi saling ga enak kalo yang satu tidak mengerjakan bagiannya. Saling memotivasi itu penting.
  • Maju terus, yang penting jalan ke depan. Sekecil apapun perubahannya, tapi maju ke depan. Ketika harus tidur di malam hari karena hanya punya waktu 1 jam saja untuk bekerja itu sucks banget si. Tapi harus sadar bahwa tidur itu penting, ada pekerjaan utama yang tentunya lebih penting di esok hari dan pekerjaannya maju kok walaupun sedikit-sedikit.
  • Agar selalu ada progress, selalu siapkan daftar pekerjaan dan juga estimasi butuh waktu berapa lama untuk mengerjakannya. Saya selalu pecah menjadi kerjaan per 30 menit. Jadi ketika saya sedang menunggu meeting yang terundur, macet di jalan pas lagi naik Uber atau di malam yang sepi karena tidak ada yang menemani, saya selalu tahu apa yang bisa saya lakukan.
  • Rayakan hal-hal kecil, celebrate the little things. Ini penting sekali untuk membantu motivasi. Setiap ada task yang selesai kami toast dan saling mengucapkan “MANTAP!”. Betul, ini hal kecil sekali, but it goes a long way. Kedepannya
  • Lalu apa yang berikutnya akan saya lakukan? Jujur saya cukup bangga dan senang menjalankan tantangan ini. This is a really fun experiment to do. Waktu yang terbatas membuat pekerjaan kami lebih efisien dan kami terus memikirkan cara-cara bekerja yang lebih efisien lagi. Semua yang dipelajari dari pengalaman ini akan menjadi sangat berguna dalam mengembangkan Tees.co.id kedepannya.

Perihal TravelOnBudget.co, saya dan partner akan terus meluangkan waktu 2-4 jam seminggu untuk mengembangkan fitur-fitur selanjutnya. Tapi kami sadar bahwa ini tetap adalah pekerjaan sampingan untuk sejenak menghibur, menantang dan untuk terus belajar. Tentunya ini semua dilakukan untuk membuktikan bahwa sekali lagi..

“Tidak ada itu yang namanya tidak ada waktu, yang ada itu tidak ada kemauan.” Jadi alasan apalagi kalian?